Langsung ke konten utama

Postingan

Selembar Kisah

Bagaimana bisa aku bahagia hanya dengan sepenggal kisah tentangnya, tentang judul yang mampu mengalihkanku dan tentang sampul yang mampu membuat senyum tersimpul. Aah aku sangat ingin menjelajahimu lebih dalam. Kamu akan selalu seperti buku baru bagiku. Khas aromamu membuat hatiku melonjak kegirangan dan setiap lembar tentangmu adalah candu yang ingin terus​ dan terus aku jelajahi. Dan untungnya kamu tercipta oleh Tuhan bukan oleh kenangan dan khayalan. Oleh aku yang tidak gila karena perwujudanmu tapi oleh aku yang hanya sejenak terperangkap oleh setulusnya kamu. Terimakasih untuk sejenak telah mengambil duniaku dan menjadikanya milikmu. Semoga bertemu kembali lain waktu, dan maaf jika kadang aku rindu. Rinduku akan menjamahi kisah itu dalam kenangan. Tentang sepenggal kisah yang terperangkap dalam lembaran rasa, tentang tangis dan tawa yang terhenti pada satu titik dan berakhir pada kata TAMAT.
Postingan terbaru

Kisah Semu

Telah kurangkai sepenggal kisah, tak tau apakah itu tentang penggalan cerita hidup atau sepenuhnya khayalanku. Kubuat cerita tentang indahnya pertemuan, kurangkai dengan diksi yang menghanyutkan. Kuikuti isi hati dari lamunan yang menciptakan perjalanan semu, dalam kisah fiktif yang tertulis untuk menenangkan dan melepaskan kegundahan hati. Kegundahan karena dipenuhi dengan angan, angan yang dirangkai dengan imaji dan tak pernah tau berujung kenyataan atau hanya bagian dari cara untuk menikmati sendiri. Hampir- hampir kumulai kisah itu, sudah kutetapkan sang pemeran utama, kugambarkan dia seolah dia nyata, bahkan telah terpikir olehku bagaimana akhir dari kisah semu itu. Bahkan sebenarnya tak hanya sebait yang telah kurangkaikan untuk fiksi yang belum kuberi judul itu. Dari cerita rekaan itu, kuandaikan hidupku. Dan akhirnya aku sadar akan siapa diriku, tak lebih dari seorang hamba yang bergantung pada Tuhanya. Kurangkai kehidupan yang kuinginkan tapi Allah berikan kisah yang

Dia yang Hantinya Terejerembab dalam Lembah Hatiku

Aku rasa dia yang terjerembab hatinya dalam lembahku bukan karena rupa tapi karena tabiat yang tak seperti mereka yang sangat gemulai karena khodrat kewanitaanya, karena pembawaan mereka hingga banyak yang ingin melindungi mereka. Bagaimana dengan aku? Kata temanku aku ini gila karena pernah berdiri didepan manusia2 yang haus kekuasaan dan ketenaran untuk menjinakan kehausan mereka, apalagi karena aku tak berpikir panjang saat itu, mungkin batinya dia yang seorang lelaki saja harus mempersiapkan jiwa raga untuk menghadapi manusia buas itu, tapi perempuan aneh ini spontan saja bergerak. Yang ku tahu sifat dasar lelaki adalah ingin melindungi perempuanya, jadi cukuplah bagiku untuk tau diri dengan tabiatku tak ada yang berkeinginan untuk membagikan lenganya untuk jadi genggamanku. Satu lagi sifat dasar lelaki yang ku ketahui, bahkan bukan hanya lelaki tapi mungkin semua manusia yaitu adalah tertarik pada perwujudan atau apa yang tampak dalam dirimu kalau kamu perempuan maka kesan yang d

Senin, aku menyukaimu

Hai senin, selamat bertemu lagi Hai senin, berdebar aku menunggumu Hai senin, melonjak aku dipertemuan kita Mengapa aku menyukaimu, ketika yang lain tak begitu Mengapa aku merindumu, ketika yang lain tak begitu Mengapa aku menantimu, ketika yang lain tak begitu Senin, Terimakasih kau hadir Karenamu Lebih banyak aku menatapnya Lebih banyak aku bersamanya Lebih banyak aku didekatnya Lebih banyak aku berbicara denganya Lebih banyak perhatianya untuku Lebih banyak suaranya untuku Lebih banyak tatapanya untuku Lebih banyak energinya untuku Bagaimana aku begitu menyukai senin? Karena senin aku bertemu selasa dan lainya Karena senin aku bertemu sabtu pilu Pilu karena minggguku tak dapat bersamanya Tapi itu seninku yang dulu Tapi itu seninku yang lalu Tapi itu seninku ketika dia ada Tapi itu seninku ketika aku dan dia Seninku tentang dia Hariku tentang dia Waktu dulu ketika ada dia Dan sekarang tak begitu Seninku hambar Kedatanganmu tak begitu kusukai Aku sepe

untuk dianggap dewasa jadilah dewasa

Sekaranng adalah bulan ramadhan, dan sayang banget setelah sekian lama ingin menuliskan banyak hal yang penulisanya sudah ada dikepala namun berkali- kali menjadi sia- sia karena tak pernah dituangkan menjadi sebuah tulisan. Dan sekarang kupaksakan untuk menuliskanya. Sejak awal masuk kuliah memang sudah diniatkan untuk aktif diorganisasi. Alasanya selain untuk memanfaatkan waktu agar tak terlalu sering muncul rasa rindu dengan orang tua juga untuk meningkatkan soft skill dan mencari banyak pengalaman hidup. Kenapa sampai benar- benar diniatkan untuk ikut organisasi saat kuliah? Karena dulu saat masih SMP dan SMA andil orang tua dalam kehidupan pribadi masih sangat besar, jadi dilarang untuk mengikuti hal- hal yang “melelahkan” kata mereka. Dan aku bersyukur artinya mereka mencintaiku dengan caranya. Saat masuk kuliah, orangtuaku sudah menganggapku sebagai anak yang sudah mulai dewasa, cara mereka memperlakukanku sudah berbeda. Berbeda dengan artian, kadar kepercayaan mereka denga

Hai (lagi)

Mengengok kembali ruang pribadiku yang sengaja kubangun untuk menampung keluhku. Kudatangi lagi ruang peribadiku yang telah lama tak pernah kujamah lagi. Aku yang rindu untuk kembali kepadamu. Aku yang rindu, untuk berbagi kepadamu. Tengah malam ini setelah membaca roman picisan ruang pribadi manusia lain, aku teringat akan ruangku. Tempatku menjelaskan diriku kepada dunia tanpa malu karena ku tahu, aku bukan yang orang lain inginkan, diriku tak perlu mereka tahu. Nyamanku karena dapat mengumbar pada dunia tentangku, tanpa satupun yang tau. Hai... telah lama, hampir dua tahun aku tak berbagi. Malam ini aku datang lagi, aku baca ceritaku dan aku rindu memenuhimu. Hai... maaf, aku datang dikala kecewa, aku datang dikala tidak bahagia, aku datang dikala diriku penuh dengan kegundahan dengan fikiran gila. Aku berusaha, aku akan datang membuat cerita bahagia dan berani membagikanya pada dunia dan biarkan semua orang mengetahuinya. Maafkan jika beberapa tulisanku terlihat menyed

Kamu dulu airku

Hilang rasa ini, hilang ketika kamu tidak meyirami bungaku. Tak lagi berkembang ketika kamu membuatnya layu. Namun berbeda dulu, mekar bunga ini mekar. Mekar merekah laksana mawar merah, merona karena curahan kasih yang kamu beri. Subur dan kuat karena setiap hari kamu sirami. Mungkin seperti ini rasaku padamu dulu. Hilang, lupa, dan hambar jika mendengar namamu untuk sekarang. Kamu yang dulu laksana air segar bagi bunga ini, kini menyirami bunga lain karena bejana itu tergerak oleh tangan- tangan untuk menyiram bunga lain. Biasa saja tanpa amarah, karena aku tahu jalan cerita itu, tahu bunga baru itu dan tau tangan tangan penggerakmu. Namun, semudah itu kamu mengikuti tangan- tangan itu, atau mungkin itu memang sifatmu? Air yang mengalir mengikuti arus, menyirami yang mana saja. Rasaku sudah berubah, tak lagi gundah mendengar bunga baru yang merekah karenamu. Bunga baru itu berbicara padaku, tawa palsu menyeruak menutupi cerita dulu membahagiakan bunga baru. Bunga baru itu yang m