Bagaimana bisa aku bahagia hanya dengan sepenggal kisah tentangnya, tentang judul yang mampu mengalihkanku dan tentang sampul yang mampu membuat senyum tersimpul. Aah aku sangat ingin menjelajahimu lebih dalam. Kamu akan selalu seperti buku baru bagiku. Khas aromamu membuat hatiku melonjak kegirangan dan setiap lembar tentangmu adalah candu yang ingin terus dan terus aku jelajahi. Dan untungnya kamu tercipta oleh Tuhan bukan oleh kenangan dan khayalan. Oleh aku yang tidak gila karena perwujudanmu tapi oleh aku yang hanya sejenak terperangkap oleh setulusnya kamu. Terimakasih untuk sejenak telah mengambil duniaku dan menjadikanya milikmu. Semoga bertemu kembali lain waktu, dan maaf jika kadang aku rindu. Rinduku akan menjamahi kisah itu dalam kenangan. Tentang sepenggal kisah yang terperangkap dalam lembaran rasa, tentang tangis dan tawa yang terhenti pada satu titik dan berakhir pada kata TAMAT.
Telah kurangkai sepenggal kisah, tak tau apakah itu tentang penggalan cerita hidup atau sepenuhnya khayalanku. Kubuat cerita tentang indahnya pertemuan, kurangkai dengan diksi yang menghanyutkan. Kuikuti isi hati dari lamunan yang menciptakan perjalanan semu, dalam kisah fiktif yang tertulis untuk menenangkan dan melepaskan kegundahan hati. Kegundahan karena dipenuhi dengan angan, angan yang dirangkai dengan imaji dan tak pernah tau berujung kenyataan atau hanya bagian dari cara untuk menikmati sendiri. Hampir- hampir kumulai kisah itu, sudah kutetapkan sang pemeran utama, kugambarkan dia seolah dia nyata, bahkan telah terpikir olehku bagaimana akhir dari kisah semu itu. Bahkan sebenarnya tak hanya sebait yang telah kurangkaikan untuk fiksi yang belum kuberi judul itu. Dari cerita rekaan itu, kuandaikan hidupku. Dan akhirnya aku sadar akan siapa diriku, tak lebih dari seorang hamba yang bergantung pada Tuhanya. Kurangkai kehidupan yang kuinginkan tapi Allah berikan kisah yang